Peringati Hari Lahir Organisasi, IPNU Desa Kajen Adakan Halaqoh Ngaji Budaya di Balaidesa Kajen

  • Feb 24, 2019
  • Aem Al-Khajainy

Pada akhir bulan Januari lalu, Nahdlatul Ulama' telah berusia 93 tahun, usia yang memang sudah tidak muda lagi dan hampir memasuki satu abad. Tak lama kemudian, pada bulan Februari disusul dengan organisasi ikatan pelajar yang termasuk bagian dari Badan Otonom (Banom) NU genap berusia 65 tahun. Kajen-Kamis,(21/2) Pimpinan Ranting IPNU Desa Kajen adakan acara Ngopi Bareng dan Sinau Budaya dalam rangka memperingati Hari Lahir (Harlah) IPNU yang ke-65 dan Harlah NU ke-93. Acara yang bertemakan "Mengukuhkan Tradisi Budaya NU di Kalangan Para Santri" ini bertempat di pusat pemerintahan Desa Kajen, yakni Balai Desa Kajen. Dengan menghadirkan pembicara pengasuh yayasan Laras Jagad KH. Abdullah Umar Fayumi. Beliau merupakan salah satu putra dari Alm. KH. Fayumi Munji, Pondok Pesantren Raudhatul Ulum Kajen. Turut hadir pula perwakilan dari Pamong Praja Desa Kajen, Bapak Arwani yang sekarang menjabat sebagai Moden. Serta para hadirin lainnya, lebih dari 50 orang, baik dari rekan-rekan IPNU se-kecamatan Margoyoso, santri-santri Kajen, para tamu undangan, dan jamaah Laras jagad. Seperti majlis NU pada umumnya, acara ini juga diisi pembacaan tahlil kalimah tayyibah terlebih dahulu, yang dipimpin langsung oleh Bapak Abdullah Faqih selaku pembimbing PR. IPNU Desa Kajen. Sekitar pukul 22.30 WIB barulah halaqah memasuki acara inti, yaitu Mauidha Hasanah dengan tajuk Ngaji Budaya yang dipandu oleh Muhammad Zuli Rizal (Founder & CEO Kajen Heritage Trail/ Jelajah Pusaka Kajen) sebagai Moderator. Banyak sekali topik yang dibahas ketika Gus Umar (sapaan akrab KH. Abdullah Umar Fayumi) mulai memaparkan kepada para hadirin. Mulai dari cikal bakal berdirinya NU yang mengalami proses dinamika perjalanan panjang dan akhirnya membawa NU sebagai Organisasi Masyarakat (Ormas) Islam di Indonesia, Islam Nusantara yang Rahmatan Lil Alamin (menyinggung konsep negara Khilafah dan Daarul Mu'aahadah) , sampai dengan hubungan timbal balik antara agama dan budaya. Meskipun materi yang dibawakan cenderung berat, akan tetapi beliau menyampaikan dengan gaya bahasa yang ringan dan mudah dipahami. "Pada zaman Rasulallah, praktek kebudayaan yang kurang tepat, bertentangan, kemudian dievaluasi. Rasulallah sangat menghormati tradisi dan budaya lokal yang tidak bertentangan dengan nilai-nilai prinsip agama." kutip salah satu dawuh beliau. Dalam artian selama kita menjalankan adat kebudayaan dan tradisi khas Indonesia (terkhusus ke-Islam-an Nusantara), tidak serta-merta dan tidak bisa dipukul rata semua bertentangan dengan agama Islam. Selagi hal tersebut tidak bersebrangan dan mengganggu akidah agama Islam. Sebelum menginjak acara yang terakhir, M. Muchdlorul Faroh selaku ketua panitia menyerahkan piagam penghargaan sebagai kenangan-kenangan kepada KH. Abdullah Umar Fayumi. Acarapun ditutup dengan membaca surat Al Fatihah bersama, dilanjutkan dengan foto-foto dan ramah tamah. "Semoga dengan diadakannya acara ini mampu menjadi motivasi, menginspirasi, dan menjadi teladan bagi para peserta dalam kehidupan sehari-hari.", tutur M. Choirul Imam, ketua PR. IPNU Desa Kajen saat menyampaikan sambutan.